[HOAKS] - PCR TIDAK TEPAT, VIRUS HANYA DAPAT DIDETEKSI DENGAN MESIN KULTUR JARINGAN PEMBIAKAN ANGGREK
Kategori Hoaks: Konten Manipulasi (Manipulated Content)
DISINFORMASI
Beredar informasi melalui media sosial Facebook bahwa hasil tes PCR tidak tepat karena tidak menyebutkan kode RNA materi gen dan keberadaan virus hanya dapat dibuktikan dengan mesin kultur seperti yang digunakan untuk pembiakan anggrek.
PENJELASAN
Berdasarkan hasil penelusuran, dilaporkan dalam kompas.com (08/02/2021) bahwa informasi tersebut kurang tepat karena menyebutkan tentang penguraian RNA.
Teknologi Polymerase Chain Reaction (PCR) pertama kali oleh Kary Mullis pada tahun 1980-an, guna mempermudah peneliti untuk tidak lagi bersusah payah mengkloning, mengindentifikasi, dan mengisolasi potongan-potongan DNA sebelum mempelajarinya. Sampelnya diambil dari berbagai jaringan dan organisme. Termasuk diambil dari sampel periferal darah, kulit, rambut, air liur dan mikroba. Adapun DNA dan RNA berbeda, DNA ditemukan di dalam nukleus atau inti sel dan juga di dalam cairan inti sel atau nucleoid, sedangkan RNA ditemukan di dalam sitoplasma sel, nukelus, dan ribosom.
Dalam perkembangannya, PCR digunakan untuk pengujian sampel virus corona, SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19. Tonang Dwi Ardyanto, Ahli Patologi sekaligus Direktur RS UNS, menjelaskan pada kasus-kasus awal Covid-19, semua pemeriksaan kasus dilakukan bertahap sejak PCR mulai kultur sampai sqeuncing. Tonang juga menjelaskan waktu itu kasusnya baru sedikit. Dari sana terkumpul data bahwa PCR dapat digunakan karena tingkat kesesuaiannya dengan hasil kultur dan squencing genom.
Lanjut Tonang, ketika kasus terus bertambah, kultur virus squencing membutuhkan waktu, tempat, dan banyak alat yang digunakan. Oleh karena itu penanganan dan deteksi Covid-19 dengan mencontohkan kultur jaringan pembiakan anggrek dirasa tidak tepat.
“Bila semua diagnosa Covid-19 harus dengan kultur virus, maka akan semakin sangat lambat,” ujar Tonang.
Resiko dari diagnosa menggunakan kultur virus rentan menimbulkan penumpukan kasus, waktu yang lama, dan beberapa masalah lainnya.
“PCR yang di beberapa tempat waktu tunggunya ada yang cepat, tapi ada juga yang lambat, sudah banyak menimbulkan keluhan, apalagi dengan kultur. Target gen pada PCR Covid itu jelas, terbuka dan tidak dirahasiakan," ujar Tonang.
KESIMPULAN
Informasi bahwa hasil tes PCR tidak tepat dan keberadaan virus hanya dapat dibuktikan dengan mesin kultur seperti yang digunakan untuk pembiakan anggrek, adalah tidak benar. Faktanya, resiko dari diagnosa menggunakan kultur virus rentan menimbulkan penumpukan kasus, waktu yang lama, dan beberapa masalah lainnya sehingga tidak tepat digunakan dalam penanganan dan deteksi Covid-19.
SUMBER FAKTA:
https://www.kompas.com/tren/read/2021/02/08/133000065/-hoaks-tes-pcr-harus-mencontoh-kultur-jaringan-pembiakan-anggrek?page=all
https://www.the-scientist.com/news-opinion/kary-mullis--inventor-of-the-pcr-technique--dies-66256