DISKOMINFOTIK PEMPROV DKI JAKARTA GELAR WEBINAR JAKARTA SOLID (SADAR OLAH LITERASI DIGITAL) KE-5 UNTUK MEMBUAT KONTEN YANG VIRAL

Share :        
Rabu, 16 Agu 2023

Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik (Diskominfotik) Provinsi DKI Jakarta menyelenggarakan rangkaian acara “Jakarta SOLID (Sadar Olah Literasi Digital) bersama JakWifi” yang ke-5 pada Rabu (16/08/2023). Dilatarbelakangi beragam konten viral di media sosial serta banyaknya pertanyaan mengenai konten viral itu sendiri,  Diskominfotik Provinsi DKI Jakarta menggelar webinar bertema “Tips Membuat Konten Jadi Viral.”

Narasumber pada webinar kali ini merupakan ahli dari bidang yang berhubungan dengan kreator konten digital. Narasumber pertama adalah Pala Yuda Seno yang merupakan Digital Content Creator yang menjadi tim kreatif untuk banyak kreator konten di Youtube. Selanjutnya, narasumber kedua adalah Aida Fathira, yang merupakan Content Specialist at FAS (Famous All-Star) yang menaungi banyak kreator konten di Youtube seperti Majelis Lucu Indonesia, kokiku.tv, dan lain-lain.

Pembicara pertama, Pala Yuda Seno membuka materi dengan memberikan deskripsi mengenai konten viral, yakni konten-konten yang dapat muncul di beranda orang-orang yang bahkan tidak berlangganan terhadap konten kita. Ada banyak jenis konten yang dapat menjadi viral, seperti konten edukasi, tutorial, humor, eksperimen, pengalaman, hal konyol, atau mungkin kebohongan (hoaks) merupakan jenis-jenis konten yang dapat menjadi viral.

Langkah pertama untuk mendapatkan konten viral adalah dengan melakukan riset pada platform yang ingin kita gunakan. Misalnya, ketika ingin menggunakan TikTok, dapat diperhatikan konten yang disukai banyak orang, sehingga dapat menjadi inspirasi dalam membuat konten berdasarkan dari trend yang sedang berlangsung. Mengikuti trend yang sedang berlangsung juga menjadi salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk menjangkau audiens yang telah tertarik dengan trend yang sedang berjalan tersebut.

Konsistensi terhadap pembuatan konten yang kita sukai merupakan salah satu kunci untuk membentuk personal branding. Personal branding menjadi penting karena pengguna platform yang tertarik terhadap topik konten yang mereka sukai, akan lebih mudah untuk menemukan konten-konten yang kita buat.

Platform yang banyak digunakan saat ini juga terus berkembang dan berubah. Contohnya adalah Instagram. Dahulu, mengunggah konten dengan rajin, menggunakan banyak tanda pagar, serta memperhatikan jam dan hari tayang merupakan kiat untuk menjadi viral. Saat ini, algoritma Instagram lebih mendorong tren konten viral dalam format video (reels), menggunakan lagu, dan ditambah dengan komedi (premis - punchline). Semakin pendek video, semakin bagus. Tetapi, tetap saja kualitas video tetap harus dijaga.

Platform TikTok juga mengalami perubahan. Cover lagu dan berjoget dengan menggunakan lagu serta tagar yang populer, merupakan kiat menjadi viral. Saat ini, algoritma TikTok lebih mendorong kreator konten yang rajin untuk mengunggah. Lebih panjang video di TikTok, semakin baik. Selain itu, penggunaan tanda pagar saat ini tidak terlalu diperhatikan oleh TikTok.

Hal ini menunjukkan, konten yang kita buat harus sesuai dengan karakteristik platform yang dituju. Misalnya, ketika ingin mengunggah di Instagram, maka perlu menyesuaikan dengan personal branding kita secara hati-hati. Berbeda dengan TikTok, tidak mengapa untuk mengunggah konten secara acak untuk menjaga konsistensi.

Selanjutnya, Aida Fathira membuka pemaparan dengan menyampaikan teknis pembuatan koten. Ada 3 tahapan yang perlu dilalui untuk membuat konten, yang terdiri atas Pra-Produksi, Produksi, dan Pasca Produksi.

 

 

Pembuatan strategi sebelum pembuatan konten, tidak kalah penting dibandingkan dengan eksekusi pembuatan konten itu sendiri. Menentukan topik, menyesuaikan topik dengan target audiens yang ingin kita tuju adalah hal yang penting untuk menentukan kesuksesan konten. Ketika konsep telah matang, persiapan alat, pembuatan konten, proses pasca pembuatan akan lebih mudah untuk dilakukan.

Formula untuk membuat konten dapat dibagi dalam tiga bagian:

  • Hook: pancingan untuk membuat seseorang tetap melihat konten yang kita buat. Bisa berupa teks, suara, produk. Contoh: Waduh! nyesel banget beli produk ini!

  • Body:  tubuh konten bertujuan untuk melanjutkan hook yang telah dibuat sebelumnya. Contoh: Ternyata produk ini menggunakan serum X yang ga cocok untuk kulit Y.

  • Call-to-Action (CTA): Panggilan untuk melakukan sesuatu. Contoh: Makanya beli produk Z ini aja guys, lebih aman untuk kulit!
     

Selanjutnya, penggunaan kata kunci dalam video maupun caption akan mempengaruhi visibilitas konten yang kita buat. Hal ini dikarenakan Search Engine Optimisation (SEO) yang dapat membuat konten kita muncul di paling atas hasil pencarian kata kunci tertentu.
 

Pengulangan kata kunci dengan ditambahkan tanda pagar, juga akan membantu konten yang kita buat untuk dideteksi lebih mudah oleh mesin pencarian berbagai platform yang digunakan, sehingga konten akan lebih terlihat dari hasil pencarian.

Selanjutnya, kita juga dapat memanfaatkan Search Engine Marketing (SEM) atau menggunakan iklan dengan menentukan audiens terlebih dahulu, menggunakan kata kunci yang tepat, dan CTA. Sebelum menggunakan iklan tersebut, ada baiknya untuk memiliki konten ‘reguler’ terlebih dahulu agar ketika ada yang masuk dalam profil kita melalui iklan tersebut, pengguna akan lebih tertarik untuk mengikuti kita.

Aida Fathira menutup pemaparan webinar kali ini dengan menyampaikan “Tidak semua konten bagus itu FYP, tidak semua konten FYP itu bagus.” Oleh karena itu, kita harus lebih bijak dalam membuat dan mengonsumsi konten, baik yang viral maupun tidak.


Ruang digital kita, ruang aman kita.

Artikel


Berita