DISKOMINFOTIK PROVINSI DKI JAKARTA GELAR WEBINAR JAKARTA SOLID (SADAR OLAH LITERASI DIGITAL) KEDUA TAHUN 2024 UNTUK OPTIMALKAN MEDIA SOSIAL SEBAGAI PELUANG BISNIS

Share :        
Selasa, 28 Mei 2024

Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik (Diskominfotik) Provinsi DKI Jakarta menggelar Seminar Literasi Digital Jakarta SOLID (Sadar Olah Literasi Digital) yang kedua di tahun 2024 bertajuk “Optimalkan Media Sosial Sebagai Peluang Bisnis,” pada Senin (27/05/2024) di Ruang Teater Universitas Budi Luhur, Jakarta Selatan. Dalam kegiatan ini, Diskominfotik berkolaborasi dengan Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Universitas Budi Luhur dan diikuti oleh 100 orang mahasiswa dari sejumlah jurusan di FEB Universitas Budi Luhur.

Pada sambutan pembuka, Dekan FEB Universitas Budi Luhur Selamet Riyadi menyampaikan bahwa gawai yang digunakan sehari-hari memiliki banyak manfaat, salah satunya bisa digunakan untuk berbisnis, namun tidak semua orang bisa memanfaatkannya secara positif.

“Dengan gawai kita bisa buka pasar dan bisa berbisnis dengan mudah, namun tidak banyak yang mengetahui cara pemanfaatan gawai ini untuk berbisnis. Maka dari itu, kami mengapresiasi Diskominfotik DKI Jakarta mengadakan seminar yang melatih mengoptimalkan media sosial untuk menunjang kegiatan berbisnis,” ujar Selamet.

Narasumber yang dihadirkan pada kegiatan seminar kali ini berasal dari praktisi dan profesional di bidang ekonomi bisnis dan marketing digital. Narasumber pertama ialah Rizki Pratomo Sunarwibowo praktisi di bidang ekonomi bisnis sekaligus Dosen di FEB Universitas Budi Luhur. Lalu, narasumber kedua ialah Guidho Geofandi, pebisnis food and beverages dan konsultan media sosial marketing independen.

Narasumber pertama, Rizki Pratomo menjelaskan bahwa 96 persen usaha di Indonesia bersifat mikro dan tiga persennya adalah usaha kecil. Rizki mengatakan, usaha mikro dan kecil bisa bersaing melalui marketplace dan e-commerce. Untuk menunjang kegiatan usaha lebih baik, Rizki memaparkan, pemanfaatan media sosial menjadi penting dan perlu dioptimalisasikannya dengan memahami karakter dari media sosialnya.

Dia juga menjelaskan bahwa tren ekonomi digital saat ini meningkat dan tidak dapat dihindari. Oleh sebab itu, bagi pelaku usaha perlu siap dan mau untuk meningkatkan kecakapannya di ranah digital dengan terus meningkatkan kemampuan literasi digital individu.

Narasumber kedua, Guidho Geofandi, memaparkan mengenai strategi promosi produk yang baik di media sosial. Dia menjelaskan bahwa untuk dapat membuat strategi promosi yang tepat untuk suatu produk, maka perlu mengerti dan memahami value dari produk tersebut. Gui juga menambahkan, pembuatan strategi promosi itu harus jelas tujuannya.

Langkah selanjutnya menurut Guidho adalah memahami bagaimana menimbulkan awareness produk di tengah masyarakat, sehingga pembeli pun tertarik kepada produk yang ditawarkan. Dan, hal yang terpenting dalam membuat strategi promosi di media sosial adalah harus melihat pada perspektif calon pembeli di media sosial, sehingga ada engagement yang efektif.

Mengenai penyelenggaraan seminar literasi digital kali ini, Ketua Subkelompok Pelayanan Informasi Publik Diskominfotik Provinsi DKI Jakarta, Harry Sanjaya menjelaskan, memiliki kecakapan digital terutama dalam hal pengoptimalisasian media sosial untuk berjualan kiranya penting untuk dimiliki warga DKI Jakarta. Kecakapan itu, menurut Harry, sudah tentu akan membuat roda perekenomian warga Jakarta, khususnya pemilik usaha kecil dan mikro, menjadi lebih dinamis dan mendatangkan keuntungan bagi mereka.

“Kecakapan digital dalam pengoptimalisasian media sosial untuk berbisnis akan menggerakkan ekonomi digital di wilayah DKI Jakarta. Oleh karena itu, pelaksanaan seminar dengan tema kali ini menjadi ikhtiar Pemprov DKI Jakarta dalam terus mendorong warganya terus berkembang dan mampu menjadi agen penggerak ekonomi digital,” ungkap Harry.

Kegiatan seminar literasi digital ini tak hanya diikuti oleh peserta yang hadir di lokasi, melainkan juga diikuti secara daring melalui zoom meeting dan live streaming Youtube. Kegiatan ini juga diikuti oleh 1000 peserta daring dari berbagai latar belakang dan masyarakat disabilitas.

Artikel


Berita