ERA KECERDASAN BUATAN: DAMPAK ARTIFICIAL INTELLIGENCE BAGI PEKERJAAN MANUSIA
Share :Selamat datang di masa depan, dimana perkembangan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan melesat begitu cepat di era modern ini. Hal ini menyebabkan banyak perusahaan besar berencana melakukan perampingan pegawai sebagai salah satu dampak dari penerapan AI. Tindakan tersebut memicu reaksi tidak menyenangkan dari banyak pemangku kepentingan, yang khawatir akan sektor lapangan pekerjaan yang semakin berkurang. Namun, banyak juga pihak yang mendukung pengembangan AI karena dapat mempermudah pekerjaan mereka.
Kelebihan daripada AI adalah dapat mengambil alih tugas-tugas biasa dan membosankan yang biasanya dilakukan oleh manusia. Hal ini membebaskan pekerja manusia untuk dapat lebih fokus pada tugas-tugas yang memerlukan keterampilan, seperti pemecahan masalah yang rumit disertai dengan kreativitas yang tak terbatas. Melalui AI, pekerjaan dapat dilakukan dengan efisien karena AI juga dapat membantu dalam menganalisis sebuah data. Namun demikian, kehadiran AI berpotensi menyebabkan pengurangan angkatan kerja dan tingkat pengangguran yang lebih tinggi, karena ketergantungan manusia pada teknologi cenderung berlebihan. Adapun, pekerja yang tidak memiliki keterampilan terkait AI akan mengalami sebuah kesenjangan keterampilan untuk bersaing di pasar kerja.
PERKEMBANGAN AI SAAT INI
Perkembangan AI dalam satu tahun belakangan ini, terbukti dengan penyempurnaan kemampuan AI dalam memproses bahasa manusia oleh sebuah perusahaan rintisan yang berfokus pada pengembangan AI, bernama Open AI oleh Sam Altman. Beberapa yang populer adalah ChatGPT yang mampu menulis esai atau puisi, Dall-E yang dapat menciptakan lukisan atau foto, dan Jukebox yang dapat melakukan aransemen musik. Bahkan perusahaan AI tersebut baru-baru ini mengumumkan model teknologi terbaru mereka yang diberi nama SORA, dimana model tersebut dapat menghasilkan klip video penuh hingga satu menit ke depan dengan bermodalkan input teks. Kecerdasan buatan tersebut begitu memukau masyarakat, lantaran hasil yang diberikan cukup sulit dibedakan dengan hasil karya buatan manusia.
Namun demikian, terdapat satu hal yang perlu menjadi perhatian tentang video yang dihasilkan AI, yakni meskipun video tersebut sudah mencapai titik, video tersebut dapat dan akan dilanjutkan sebagai video nyata kepada orang-orang yang tidak mencari video yang dihasilkan AI. Open AI juga menunjukkan beberapa kelemahan mereka, khususnya model baru mereka SORA. Hal itu disadari oleh orang-orang yang telah menggunakannya, seperti aksesnya sangat terbatas karena AI adalah alat yang cukup pribadi saat ini. Kejanggalan video yang diciptakan oleh AI, juga dapat pengguna rasakan melalui bagaimana video tersebut dirasa berjalan tidak masuk akal atau piksel-piksel video yang dihasilkan cukup aneh. Pengembangan AI juga membutuhkan keahlian teknis yang mendalam, jika data yang dimasukkan bias atau tidak representatif maka dapat dipastikan hasil dari sistem AI tidak akurat.
ETIKA DIGITAL DALAM ARTIFICIAL INTELLIGENCE
Terdapat dua pembagian masalah etika yang berkaitan dengan AI, yaitu teknologi operasional dalam sistem AI dan bagaimana masyarakat menggunakan AI. Masalah etika dalam teknologi operasional sistem AI berkaitan dengan timbulnya informasi dan disinformasi, masalah hak cipta, transparansi perusahaan AI, keamanan siber, serta perlindungan data terkait dengan akses data ilegal dan kebocoran data. Sedangkan, etika bagaimana masyarakat menggunakan AI dapat dilihat pada kaitannya dengan plagiarisme dalam penciptaan karya seperti gambar, musik, novel, produk jurnalisme, bahkan karya ilmiah. Meskipun untuk karya ilmiah, beberapa penerbit jurnal ilmiah terbesar di dunia telah melarang atau membatasi para penulisnya untuk memakai ChatGPT.