FENOMENA KECANDUAN MEDIA SOSIAL DAN CARA MENGOBATINYA
Share :Sudah menjadi sebuah fenomena publik jika interaksi sehari-hari kita kini tidak akan bisa terlepas dari media sosial. Media sosial menyuguhkan kita dengan berbagai hal menarik, mulai dari konten kreatif, berniaga, hingga mencari inspirasi baru.
Di balik banyaknya fungsi media sosial mulai dari hiburan, meningkatkan produktivitas, hingga menambah pundi-pundi penghasilan, tanpa disadari ternyata media sosial juga bisa membuat candu.
Dilansir dari healthline.com, ada beberapa hal yang menyebabkan kita kecanduan bermain media sosial. Secara medis, saat kita sudah terbiasa membuka media sosial favorit, kita akan memproduksi hormon dopamin, yang bisa memberi efek senang dan puas pada diri kita.
Otak kita akan merespons hal tersebut sebagai hal menyenangkan dan cenderung akan kembali dilakukan. Terlebih, saat kita memposting sesuatu dan mendapatkan respons yang sesuai dengan harapan.
Segala hal yang berlebihan tidaklah baik, begitupun dengan penggunaan media sosial. Hasil penelitian dalam sebuah jurnal (Syamsoedin, Bidjuni & Wowiling, 2015) mengkategorikan tingkat kecanduan media sosial dari rentang waktu mengaksesnya, yakni sekitar 5-6 jam sehari atau bahkan lebih.
Selain itu, ada beberapa tanda kita jika tidak lagi menikmati bermain media sosial namun sudah masuk dalam kategori kecanduan, yaitu:
· Sengaja bermain media sosial saat sedang bekerja atau belajar;
· Membuka media sosial saat berkumpul bersama teman, keluarga, atau bahkan saat sedang makan;
· Merasa kesal dan marah saat mencoba mengurangi waktu bermain media sosial;
· Selalu terpikirkan untuk bermain media sosial setiap saat dan membukanya ketika ada kesempatan.
Kecanduan media sosial tentu beriringan dengan dampak negatifnya pada diri kita, antara lain:
· Menurunkan tingkat kepercayaan diri, selalu membandingkan dengan orang lain dan persepsi keliru bahwa orang lain selalu lebih baik dari diri sendiri;
· Gangguan kecemasan, akan merasa cemas saat melihat berbagai informasi di media sosial;
· Fear of Missing Out (FOMO), merasa bersalah bahkan takut jika tertinggal dalam suatu perbincangan;
· Mengurangi akvitias fisik, secara dampak panjang akan berdampak buruk bagi kesehatan;
· Gangguan tidur, akan terjadi jika terbiasa menggunakan media sosial pada malam hari sebelum jam tidur.
Berbagai tanda dan dampak negatif dari kecanduan media sosial nyatanya bisa dihilangkan, dicegah, atau diobati secara berkala. Bukan obat medis yang bisa mengubahnya, namun kebiasaan dari diri kita sendiri.
Ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk menghilangkan rasa candu bermain media sosial, guna mencapai keseimbangan yang lebih baik antara penggunaan media sosial dengan interaksi dunia nyata, yaitu:
· Menghapus aplikasi media sosial dari perangkat pintar.
Dengan menghapus berbagai media sosial seperti Instagram, TikTok, Facebook, hingga Twitter dari ponsel pintar, kita bisa mengurangi intensitas penggunaan media sosial, sekaligus masih bisa mengaksesnya melalui perangkat lain seperti laptop atau komputer dengan intensitas yang lebih rendah.
· Mematikan ponsel pintar selama beraktifitas.
Selama jam kerja, jam sekolah, jam makan, kita bisa mencoba untuk mematikan ponsel pintar atau setidaknya notifikasi agar tidak mudah terdistraksi dan berujung pada penggunaan media sosial.
· Atur waktu bermedia sosial.
Jika menghapus aplikasi hingga mematikan notifikasi sulit dilakukan, pembatasan lain berasal dari diri kita sendiri. Mengatur waktu untuk bermain media sosial akan ampuh sebagai kontrol diri bermain media sosial, dan tentu berawal dari tanggung jawab diri sendiri.
· Mencari kesibukan dan hobi baru.
Carilah berbagai kesibukan yang tidak memerlukan penggunaan teknologi digital komunikasi dari gawai ponsel pintar. Olah raga, memasak, hingga membaca bisa menjadi hobi yang layak dicoba untuk melepaskan rasa candu bermain media sosial.
Berbagai cara di atas bisa menjadi alternatif untuk melepaskan rasa candu bermain media sosial. Kita harus bisa membatasi diri bermain media sosial, terlebih jika sudah ada beberapa tanda kecanduan yang dirasakan.
Selain itu, mengambil jeda sementara dari media sosial bisa memicu kita untuk bisa berinteraksi dengan sekitar dan mengapresiasi hal-hal lain yang telah dicapai, tanpa befokus pada orang lain.
Kembalikan media sosial dengan fungsi semula, yaitu sebagai media untuk bersosialisasi dengan siapapun tanpa sekat. Bukan menjadi sekat untuk berinteraksi dengan yang dekat.