HATI-HATI! JUDI ONLINE MENJERAT ANAK-ANAK

Share :        
Kamis, 14 Nov 2024

Maraknya judi online menuntut perhatian semua pihak, khususnya keluarga sebagai garda terdepan dalam memberikan perlindungan kepada anak-anak dari pengaruh negatif digital. Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta terus berupaya melindungi masyarakat dengan meningkatkan literasi digital, sementara keluarga perlu memperkuat pengawasan di lingkungan rumah.

 

1. Edukasi Sejak Dini tentang Bahaya Judi Online

Menurut data Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), paparan anak terhadap judi online meningkat hingga 300% antara tahun 2017-2023. Sepanjang 2023, tercatat ada 1.856 anak di Jakarta yang terlibat dalam judi online dengan total transaksi sebesar Rp2,295 miliar. Anak-anak ini terbagi dalam usia di atas 17 tahun (1.309 anak), 11-16 tahun (441 anak), dan di bawah 11 tahun (106 anak). Pemahaman tentang bahaya judi online perlu ditanamkan sejak dini. Edukasi yang dilakukan orang tua dapat membantu anak memahami risiko finansial dan psikologis yang disebabkan oleh judi online.

 

2. Membangun Komunikasi Terbuka dalam Keluarga

Penjabat (Pj.) Gubernur DKI Jakarta, Teguh Setyabudi, dalam kegiatan edukasi literasi digital di RPTRA Intiland Teduh Semper Barat, Jakarta Utara (12/11), menekankan pentingnya keterlibatan orang tua dalam mengawasi aktivitas digital anak-anak. Banyak modus judi online yang dikemas seperti game online untuk menarik minat anak. Untuk itu, komunikasi yang terbuka dan jujur dalam keluarga sangat penting agar anak merasa nyaman berdiskusi tentang pengalamannya di internet.

 

3. Pengawasan dan Kontrol Internet di Rumah

Dalam lingkungan keluarga, orang tua dapat mengawasi penggunaan internet dengan memanfaatkan fitur kontrol orang tua di perangkat digital. Selain itu, peran orang tua dalam menentukan akses dan konten yang sesuai sangat penting untuk mencegah anak terpapar judi online.

 

4. Melibatkan Anak dalam Kegiatan Positif

Untuk mengurangi waktu yang dapat dimanfaatkan anak untuk mengakses internet secara bebas, orang tua dapat melibatkan anak dalam kegiatan-kegiatan positif, seperti olahraga atau hobi lainnya. Ini tidak hanya membuat anak sibuk dengan kegiatan yang produktif, tetapi juga mendorong pengembangan kepercayaan diri dan kompetensi sosial. Dengan demikian, anak-anak cenderung lebih sedikit tertarik pada konten negatif seperti judi online.

 

5. Jadikan Keluarga sebagai Teladan dalam Penggunaan Teknologi

Peran keluarga sebagai teladan juga berperan penting dalam pencegahan judi online. Anak-anak cenderung meniru perilaku orang tua mereka, sehingga penting bagi orang tua untuk menunjukkan penggunaan teknologi yang bijaksana. Dengan mencontohkan aktivitas daring yang produktif dan positif, anak-anak akan lebih mudah memahami cara yang sehat dalam memanfaatkan internet.

 

6. Kolaborasi dengan Masyarakat Sekitar

Kolaborasi antara keluarga dan lingkungan sekitar, seperti sekolah dan komunitas, sangat membantu dalam menekan penyebaran judi online. Orang tua dapat bekerja sama dengan lingkungan sekitar untuk mengawasi aktivitas anak-anak di luar rumah. Dalam berbagai kesempatan, Pemprov DKI Jakarta bersama Kementerian Komunikasi dan Digital RI melalui Jalahoaks dan Siberkreasi terus bersinergi untuk mengedukasi, menyediakan informasi yang akurat dan menciptakan lingkungan digital yang aman.

Judi online menjadi ancaman nyata bagi keluarga di era digital, khususnya di kota besar seperti Jakarta. Upaya Pemprov DKI Jakarta dalam meningkatkan literasi digital sangat penting, tetapi peran keluarga tetap menjadi benteng utama dalam melindungi anak-anak dari ancaman tersebut. Melalui edukasi, pengawasan, komunikasi yang terbuka, serta keteladanan, kita dapat bersama-sama membangun Jakarta yang lebih aman dari pengaruh negatif judi online.

Artikel


Berita