MEDIA SOSIAL DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
Share :Topik mengenai dampak buruk media sosial terhadap pengguna telah menjadi bahasan sehari-hari semenjak lama dan masih berkembang hingga saat ini. Hal tersebut bukanlah sesuatu yang mengherankan mengingat dampak buruk yang bisa diterima seseorang ketika menggunakan media sosial, terutama dalam hal kesehatan mental.
Walaupun kondisi kesehatan mental adalah hal yang krusial bagi seseorang, dampak media sosial terhadap kemampuan berpikir kritis seseorang juga menjadi hal yang harus diperhatikan. Lagi-lagi bentuk algoritma yang digunakan dalam media sosial adalah salah satu penyebab utama hal ini terjadi.
Algoritma media sosial yang umum digunakan oleh masyarakat akan selalu memberikan rekomendasi konten yang sesuai dengan ketertarikan pengguna atau suatu hal/ topik yang disetujui oleh pengguna. Algoritma tersebut bertujuan untuk memastikan pengguna akan tetap menggunakan dan mengonsumsi media sosial dalam waktu yang lama.
Permasalahan muncul ketika konten yang dikonsumsi oleh pengguna adalah hal yang umum dibicarakan/ disetujui banyak pengguna, sebuah echo chamber dapat terbentuk. Joseph Goebbels pernah berkata “Apabila sebuah kebohongan diberikan berulang kali, maka orang-orang akan percaya kebohongan tersebut.” Benar sekali! Persebaran hoaks dapat semakin masif dengan adanya fenomena ini.
Selain itu, fenomena tersebut juga dapat meningkatkan kemungkinan seseorang untuk memiliki bias konfirmasi. Kecenderungan untuk memilih suatu informasi yang sesuai dengan kepercayaan kita, meskipun informasi tersebut tidak tepat, dapat membahayakan kemampuan kita untuk menerima dan menganalisa suatu informasi secara objektif.
Bahkan, ketika seorang pengguna sudah mampu untuk memilah dan memilih informasi yang akurat, pengguna tersebut masih dapat jatuh ke dalam fenomena yang disebut dengan groupthink atau pemikiran kelompok. Pemikiran kelompok adalah sebuah fenomena yang terjadi ketika sekumpulan individu menyetujui suatu informasi tanpa melakukan konfirmasi karena adanya tekanan sosial.
Ketika seorang keluarga, teman, atau sosok idola yang kita dukung atau percayai membagikan sebuah informasi, penerima informasi cenderung akan menerima sebuah informasi begitu saja tanpa melakukan konfirmasi. Konfirmasi terhadap sebuah informasi baru, merupakan suatu hal yang tidak boleh dilewatkan, mengingat banyaknya informasi yang dapat diterima dalam waktu yang relatif singkat ketika bermedia sosial.
Penerimaan informasi yang banyak dalam waktu yang singkat akan memiliki pengaruh terhadap kemampuan seseorang untuk fokus. Attention span/ rentang perhatian seseorang secara umum adalah 47 detik, sangat sesuai dengan tren video-video berdurasi singkat di media sosial. Sehingga, ketika rentang perhatian seseorang menurun, maka kemampuan untuk menganalisa dan mengevaluasi sebuah informasi secara obejektif dan kritis juga akan turut menurun.
Tidak berhenti disana, kebiasaan untuk melompat dari satu unggahan ke unggahan lainnya dalam waktu yang singkat juga dapat mempengaruhi seseorang ketika bertemu topik atau isu yang kompleks. Layaknya sebuah pisau, penurunan ketertarikan terhadap topik dan isu kompleks di media sosial, akan menurunkan kemampuan serta kecepatan kita untuk merespon suatu isu atau topik kompleks di dunia nyata.
Memang tidak ada yang salah untuk menggunakan media sosial sebagai hiburan di kala senggang dalam keseharian kita. Tetapi, semakin sering seseorang menggunakan media sosial, semakin tinggi kemungkinan penurunan kemampuan berpikir kritis. Hal ini dibuktikan dengan penelitian tahun 2022 yang menunjukkan bahwa intensitas penggunaan media sosial akan berpengaruh terhadap 6 aspek berpikir kritis seseorang.
Penelitian tersebut mengambil sampel mahasiswa universitas yang termasuk ke dalam kategori usia yang paling sering menggunakan media sosial. Walaupun dampak penggunaan media sosial terhadap kemampuan berpikir kritis seseorang bersifat universal, pengguna dengan rentang usia 10 hingga 19 tahun akan lebih terdampak dibandingkan pengguna dari rentang usia lainnya.
Usia anak-anak hingga remaja yang telah terbiasa menggunakan media sosial dapat berpengaruh terhadap tingkat perhatian serta ingatan mereka, sehingga fokus mereka juga akan terdampak. Selain itu, algoritma media sosial juga dapat mempengaruhi kemampuan imajinasi serta kemampuan berekspresi karena konsumsi konten yang cenderung sama secara berulang-ulang.
Oleh karena itu, Bang Jala ingin memberikan tips menggunakan media sosial secara sehat sehingga tidak mempengaruhi kemampuan berpikir kritis sobat:
-
Batasi waktu serta frekuensi penggunaan media sosial;
-
Hindari mengonsumsi konten yang bersifat tidak relevan serta berkualitas rendah;
-
Verifikasi kredibilitas informasi yang diterima;
-
Terima perbedaan opini lalu evaluasi secara objektif; dan
-
Bentuk opini pribadi berdasarkan dari analisa kritis.
Media sosial adalah alat kuat yang sangat bermanfaat bagi kehidupan kita. Walaupun kita telah menyadari bahwa media sosial juga memiliki dampak yang buruk, tidak ada salahnya untuk selalu saling mengingatkan.
Mari buat ruang online kita menjadi lebih kritis!